Humans may be like grains of sand of the universe... here are the small stories hidden in one of those grains, trying to figure out her purpose of existence in the vast, vast universe...

Selasa, 28 April 2009

Those Invisible Handcuffs

well, sebenernya aku lebih suka ngeblog pake bahasa Indo, soalnya lebih gampang aja gitu loh, scara aku lebih expresif kalo pake bahasa Indonesia. bicara soal Albert, tampaknya aku merasa kayak aku udah agak 'lepas' dari dia, bahwa dia sama sekali udah gak mau peduli lagi hidup matinya aku. padahal aku dulu menganggap dia sesuatu yang lebih berharga dari apapun, bahkan nywa aku sendiri, bahkan aku akan memilih mempertahankan dia di sisi aku daripada mempertahankan nyawa aku tapi hidup tanpa dia. dan sekali lagi aku hampir aja bunuh diri gara2 sebuah masalah yang memukul batin aku.

dulu, sewaktu aku mengira aku gak pantas dicintai, aku kira aku bakal mati bunuh diri saking sedihnya, lalu Albert datang ke dalam hidup aku. sayangnya kedatangannya ini pun sepertinya hanya sebuah kepalsuan, atau semua itu, semua yang ia ucapkan padaku kemaren malem via telepon cuma rekayasa dia supaya aku membenci dia.
ceritanya bgini, kemaren malem, Albert menelepon aku. (seolah2) dia mau mengkonfirmasi semua yang sudah berlalu, apa sebenarnya alasan dia mencampakkan aku. apa yang sebenarnya terjadi di antara kami berdua. dia bilang sebenernya dia belom cari cewe lain dan cuma mau konsentrasi sama olimpiade kimia yang lagi dia kejar, soal dia mau fokus sama impiannya dia (dan gak mau tau lagi soal aku), dia jadian sama aku itu cuma karena dia taruhan sama temennya di sekolah kalo dia bisa dapetin cewe yang lebih tua, dan aku dulu waktu jadian sama dia, sebenernya... aku cuma selingkuhannya dia aja, cuma... istilahnya, 'maenannya' dia aja, sama sekali ga ada 'artinya' buat dia, semua yang aku anggap 'bekal menuju ke impian masa depan', sepertinya cuma kepalsuan buat dia, cuma bayangan semu. dia bahkan sama sekali gak menunjukkan kalo dia mau mempertahankan aku, mau kembali memiliki aku, sama sekali gak ada sedikit pun di dalam ucapannya kalo dia pernah mencintai aku. semua yang dia katakan semalem amat sangat kejam, amat sangat menyakitkan dan tak berperasaan. aku... aku masih percaya kalo dia bukan orang seperti itu. kalo dia sebenernya cuma merekayasa itu semua, supaya aku membencinya, supaya aku menjauhinya.

dan aku harus mengakui, aku harus memuji semua perkataannya, dia memang berhasil melepaskan borgol tak kasat mata yang selama ini dia pasangkan di hati kecilku, dia berhasil membuatku amat sangat kesal, bukan karena dia pintar berkata2, tapi karena semua kata2nya menyiratkan secara amat sangat jelas seluruh ketakutan dan rasa pengecutnya, semuanya terbaca dengan jelas sekali betapa chickennya dia, cowardy son of a b*tch.
dia gak pernah sekalipun menunjukkan kalo dia bener2 sayang sama aku, menunjukkan kalo dia berani mati demi memperjuangkan cinta, tidak seperti aku...

aku lelah dan kecewa, sedih dan nelangsa sudah memakan habis semua tenagaku untuk
mempertahankan hubungan spesialku dengan Albert, tak ada yang bisa menggerakkan hatinya yang keras dan membeku itu, bahkan tidak dengan kematianku sekalipun. mengapa semuanya harus begini, mengapa semuanya harus berakhir dengan mengenaskan begini? dia, dengan lancangnya masih bisa memintaku supaya aku bahagia dengan orang lain. aku sangat ingin memarahinya dengan berkata, "sebaiknya kau jangan menyuruh aku bahagia kalau yang bisa kau kerjakan adalah hanya merusak semua dan juga satu2nya kebahagiaan yang aku punya."

mungkin inilah buah cinta tanpa keberanian. buat apa ada cinta kalau tidak ada keberanian untuk mempertahankan cinta itu? semuanya jadi sia2, percuma, dan pada akhirnya cuma akan menyakiti orang yang menjadi korban cinta seperti ini, cinta yang dibumbui dengan penuh ke-pengecut-an, nyali yang ciut dan ketakutan akan resiko yang mungkin ditimbulkan oleh cinta. cinta, memang tak butuh akal sehat, tak butuh pertimbangan banyak2. pada akhirnya, ya seperti kasus yang kualami ini, terlalu banyak ketakutan dan pertimbangan, akhirnya aku menjadi korban sebuah cinta pengecut dengan nyali ciut... ah... sadisnya... rasanya kisah cintaku adalah cinta yang paling memalukan di sepanjang sejarah kisah cinta. Romeo dan Juliet juga pasti menertawakan aku di balik halaman2 cerita tentang mereka berdua yang begitu melegendaris itu...




what's a cowardy love, ... actually? crazy,
but that's true...

1 komentar:

Juliana Endang mengatakan...

thx for sharing bout ur story!
btw, i think u r the most honest blogger i know..
live ur life happily, okay?