well, selepas ditolak mentah2 dan gak kunjung dapet pacar, aku berpikir aku bakal suatu hari nanti mati sebagai jomblo sejati dengan predikat pecundang cinta. aku berpikir dan terus aja ketakutan kalau aku sampe bener2 kayak gitu... gimana ya... akhirnya aku pun bertemu dengan sang manusia setengah malaikat itu, ya. dia membuatku bahagia dan sadar kalau ternyata aku masih pantas dicintai dan dibutuhkan di dunia ini. dia yang kembali menuangkan warna-warni dalam hidup aku, menerangi jalan kehidupan aku, dan memotivasi aku sehingga aku menjadi lebih percaya diri dan bersemangat dalam menghadapi apapun yang ada di depan aku. aku pikir kalau dialah yang pertama dan terakhir dalam hidup aku dan aku akan mencintai dia meskipun aku udah mati sekalipun (dan sampai sekarang pun aku masih cinta bgt kok sama dia). aku pikir aku akan suatu hari nanti menikah sama dia dan punya keluarga kecil yang sederhana, yang tidak kekurangan suatu apapun, kalau ada masalah kami akan diskusikan dan cari jalan untuk menghadapinya, jika salah satu sedang berjuang demi yang satunya lagi, maka kami berdua akan berjuang bersama; aku akan melakukan apa saja demi kebahagiaannya, sampai titik darah penghabisanku...
sayangnya, Tuhan lalu kembali mempermainkan aku. dia berikan aku apa yang tak kuinginkan dan menjauhkan apa yang membahagiakanku. dia menjauhkan aku dan sang manusia setengah malaikat dengan segala perbedaan kultural dan tradisi, lalu membuat dia--sang manusia setengah malaikat--memilih untuk berpisah denganku. nelangsa dan derita yang kualami membuatku seringkali menangis pilu dan kadang menjerit2 dalam hati. sungguh tidak adil, sungguh sengsara, tak terbendung rasanya hingga air mata datang dari ujung kelopak mata untuk membantu menyalurkan buncahan perasaan cinta yang tak tersampaikan lagi kini.
kecewa dan sedih yang tak terkira. itulah yang aku rasakan selama ini. pekerjaan yang begitu menyibukkan sebagai karyawan kantoran pun tak mampu mengusir siksa yang membelenggu di hatiku. berat, rasanya sungguh berat, betapa tidak adilnya ini. mengapa aku harus bertemu dengannya? kalau pun Tuhan memaksaku untuk akhirnya bertemu dengannya, mengapa Tuhan harus membuatku cinta padanya? kalaupun Tuhan harus memaksakan aku untuk mencintainya, mengapa harus membuatku sampai cinta mati padanya--hingga aku ingin mengorbankan semua yang aku punya, jiwa dan raga untuk bisa bersatu dengannya selamanya? di manakah letak keadilan cinta itu?
kata orang2, Tuhan itu Mahatahu.
jika Ia memang maha tahu, Ia tentu tau betapa aku mencintainya. mengapa Ia masih juga memisahkan aku dengan dia yang amat kucintai itu?
kata orang2, Tuhan itu Mahapengasih.
jika Ia memang maha pengasih, mengapa ia tidak memperdulikan tangisan2 pilu yang kuteriakkan setiap malam karena ditinggalkan olehnya dan mengembalikan dia--dan juga cintanya--ke sisiku?
kata orang2, Tuhan itu Mahaadil.
jika ia memang maha adil, apakah hal yang kualami ini layak diberi cap 'keadilan'?
sekarang aku menjadi sangat ketakutan, aku tidak tau bagaimana aku akan menghadapi masa yang akan datang. bagaimana aku nanti kalau seandainya aku melihatnya menggandeng pacar baru? apakah aku akan mencekik leherku sendiri, ataukah aku akan mencoba cara lain, mencoba memotong pergelangan tanganku lagi misalnya? bagaimana kalau nanti dia menikah dengan wanita lain? apakah air mataku akan menganak sungai tanpa henti? aku tak tau, aku takut... aku hanya bisa ketakutan dalam kebimbangan saat ini, seperti pohon rapuh yang terus menerus digerus angin, hingga suatu hari nanti, mungkin sedikit angin kencang akan mematahkanku untuk selama2nya...
*terdedikasi untuk seseorang yang begitu spesial bagiku itu, seandainya saja ia membaca tentang ini, aku ingin menyampaikan sesuatu : jika aku akan mati esok hari, satu hal yang ingin kulakukan adalah mengatakan padamu sekali lagi betapa aku mencintaimu dan akan selalu begitu mencintaimu sampai selama2nya. kaulah cahaya matahari siangku dan bintang di malam2ku yang kelabu nan kelam. selamanya hanya ada kau di hatiku. 3 kata paling penting dariku==I LOVE YOU==*
always remember,
love to live and live to love
love to live and live to love
Tidak ada komentar:
Posting Komentar